Pemeriksaan Skor Kalsium (Coronary Artery Calcium
Score) Untuk Stratifikasi Risiko Kejadian Penyakit Jantung
Skor kalsium (coronary artery calcium
score atau CACS) berfungsi memprediksi kejadian penyakit jantung seperti
penyakit jantung koroner (PJK) ataupun gagal jantung dengan cukup baik.
Penggunaan skor ini bermanfaat supaya tata laksana pencegahan dapat dimulai
segera.
Prediksi Kejadian Penyakit Jantung
Koroner
Skor
Risiko Framingham telah lama digunakan untuk melakukan prediksi terhadap
penyakit jantung koroner (PJK) dengan cukup baik. Saat ini ditemukan metode
yang lebih baik untuk meningkatkan prediksi kejadian PJK, yaitu dengan skor
kalsium atau coronary artery calcium score atau lebih dikenal dengan calcium
score dengan menggunakan computed tomography scan (CT-Scan) yang memadai
(Greenland, 2004). CT-Scan yang dapat digunakan untuk kuantifikasi kalsium pada
arteri koroner adalah electron-beam CT (EBCT) dan multi detector computed
tomography (Youaaef, 2012). Meskipun tidak dapat melihat kerusakan dari dinding
pembuluh darah, tetapi teknik ini dapat memperkirakan besarnya plak pada arteri
tersebut (Pereira, 2015).
Penumpukan
kalsium pada arteri koroner yang memperdarahi jantung merupakan salah satu
proses terjadinya berbagai kejadian jantung, seperti penyakit jantung koroner
(PJK), di mana penumpukan ini kemudian membuat pengurangan pasokan oksigen
melalui darah ke sel miokard.
Pada
autopsi, ditemukan bahwa mereka yang meninggal karena PJK memiliki tumpukan
kalsium pada arteri koronernya 2 – 5 kali lipat lebih banyak dibandingkan
dengan mereka yang meninggal dengan penyebab lain. Sehingga, penumpukan kalsium
dapat menjadi prediksi terhadap kejadian PJK (Selby, 2015).
Protokol Pemeriksaan Skor Kalsium
Protokol
persiapan pemeriksaan ini dapat berbeda-beda setiap institusi namun secara
umum, pemeriksaan ini tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien sebaiknya tidak
menggunakan barang-barang yang mengandung besi saat pemeriksaan. Saat prosedur
pemeriksaan, pasien akan diminta untuk menahan napas yang panjang bila
memungkinkan (Selby, 2015).
Metode
yang digunakan untuk perhitungan skor kalsium adalah sebagai berikut:
a. Skor
Agatston, yaitu dengan mengalikan area lesi dalam mm2 dengan faktor
ketebalan
b. Calcium
volume score (CVS).
c. Skor
massa, masih jarang digunakan karena keterbatasan data (Youaaef, 2012).
Panduan
AHA (American Heart Association) menyatakan pemeriksaan skor kalsium untuk:
a. Direkomendasikan
pada pasien dewasa yang asimtomatik dengan risiko sedang (10% - 20% pada risiko
10 tahun, rekomendasi kelas IIA)
b. Dipertimbangkan
untuk dilakukan pada risiko rendah – sedang (6% - 10% pada risiko 10 tahun,
rekomendasi kelas IIB)
c. Tidak
disarankan pada pasien dengan risiko rendah untuk menjalani pemeriksaan skor
kalsium (Greenland, 2010).
Stratifikasi
awal faktor risiko untuk menentukan perlu tidaknya pemeriksaan skor kalsium
menurut panduan AHA tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan skor
Framingham.
Hasil
dari pemeriksaan skor kalsium didapatkan nilai absolut (dengan satuan unit
Agatston) dan nilai yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan etnis. Pada
nilai absolut, dikatakan risiko tinggi bila di atas 300 dan pada nilai kedua,
digunakan penilaian menggunakan persentil (abnormal bila berada di atas
persentil 75) (Pereira, 2015).
Pasien
dengan nyeri dada digolongkan menjadi 3 kelompok untuk kemungkinan adanya PJK
dan disarankan untuk pemeriksaan sebagai berikut:
1.
Kemungkinan
rendah, dilakukan pengukuran skor kalsium
a. Skor 0: evaluasi penyebab nyeri dada di luar jantung
b. Skor 1 – 100: dilakukan CT angiografi koroner
c. Skor 101 – 400: dilakukan CT angiografi koroner atau pencitraan fungsional untuk iskemia (contoh:tes stres dengan nuklir, ekokardiografi stres atau MRI stres)
d. Skor CAC > 400: dilakukan pencitraan fungsional untuk iskemia atau angiografi koroner infasif
a. Skor 0: evaluasi penyebab nyeri dada di luar jantung
b. Skor 1 – 100: dilakukan CT angiografi koroner
c. Skor 101 – 400: dilakukan CT angiografi koroner atau pencitraan fungsional untuk iskemia (contoh:tes stres dengan nuklir, ekokardiografi stres atau MRI stres)
d. Skor CAC > 400: dilakukan pencitraan fungsional untuk iskemia atau angiografi koroner infasif
2.
Kemungkinan
sedang, dilakukan pencitraan fungsional untuk iskemia
3. Kemungkinan tinggi,
dilakukan pencitraan fungsional untuk iskemia atau angiografi koroner infasif
(Joshi, 2012).
Risiko Pemeriksaan Skor Kalsium
Pemeriksaan
skor kalsium dilakukan dengan menggunakan CT-scan sehingga pasien akan mendapat
paparan radiasi sehingga penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati.
Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan pada pria usia di bawah 40 tahun dan
wanita di bawah 50 tahun karena prevalensi yang terdeteksi pada kelompok usia
ini sangat rendah, kecuali dengan kondisi klinis atau pertimbangan tertentu
(Greenland, 2010).
Manfaat Pemeriksaan Skor Kalsium
Secara
umum skor kalsium bermanfaat untuk:
1. Prediksi
kematian karena semua penyebab, terutama kematian akibat PJK dan infark miokard
pada pasien asimtomatik
a. Dibandingkan
dengan skor kalsium 0, pasien pada kelompok skor kalsium 100 – 400 memiliki
risiko kematian tersebut 4 kali lebih besar (RR 4.3, CI 95%, 3.5 – 5.2, p <
0.0001), pada kelompok skor kalsium 400 – 1000, 7 kali lebih besar (RR 7.2, CI
95% 5.2 – 9.9, P < 0.0001), pada kelompok skor kalsium di atas 1000,
memiliki risiko 10 kali lebih besar (RR 10.8, CI 95%, 4.2 – 37.7, P <
0.0001)
2. Prediksi
yang lebih baik untuk kasus stenosis proksimal dibandingkan skor risiko
Framingham
3. Kategori
risiko PJK dibandingkan dengan skor risiko Framingham (Joshi 2012).
Selain
itu, skor kalsium dapat digunakan sebagai alat prediksi untuk gagal jantung.
Peningkatan skor kalsium dapat memprediksi kejadian gagal jantung dan
berhubungan dengan peningkatan LVESV (left ventricular end systolic volume) dan
LVEDV (left ventricular end diastolic volume). Hal ini dimungkinkan dengan
adanya hubungan antara PJK dan gagal jantung, yaitu disfungsi endotel pada PJK
dapat memproduksi substansi vasokonstriktor dan merusak miokard sehingga
terjadi fibrosis, serta remodeling dari ventrikel kiri juga dapat berujung pada
gagal jantung. Perlu dicatat bahwa pada beberapa kasus, gejala gagal jantung
dapat menjadi keluhan pertama pada PJK (Bakhshi, 2017).
Pengukuran
skor kalsium adalah pengukuran jumlah kalsium di dalam arteri koroner, bukan
fungsi dari arteri koroner. Pernah dilaporkan adanya kasus dengan skor kalsium
yang tinggi (di atas 1000), tetapi tidak terdapat iskemia yang dibuktikan
dengan tes stres. Hal ini dimungkinkan dengan adanya remodelling Glagovian,
yaitu proses remodeling pada dinding arteri akibat tumpukan plak yang membuat
arteri menjadi “nonstenotik”. Pada pasien-pasien seperti ini (dengan skor
kalsium di atas 300), sebaiknya tata laksana pencegahan untuk PJK tetap
diberikan karena mereka berada dalam risiko tinggi (Pereira, 2015).
Kesimpulan
a.
Skor kalsium adalah perhitungan
kuantitas penumpukan kalsium pada arteri koroner jantung yang dapat memprediksi
penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner (PJK) dan gagal jantung
dengan menggunakan CT-scan.
b.
Panduan AHA (American Heart Association)
merekomendasikan pertimbangan pemeriksaan skor kalsium pada pasien dewasa
setidaknya dengan risiko rendah – sedang.
c.
Hal ini penting karena pemeriksaan skor
kalsium juga memiliki risiko berupa paparan radiasi akibat CT scan sehingga
penggunaannya tidak dilakukan pada pasien dewasa dengan risiko rendah, pria di
bawah 40 tahun, atau wanita di bawah 50 tahun.
d.
Hasil dari pemeriksaan skor kalsium
didapatkan nilai absolut (dengan satuan unit Agatston) dan nilai yang
disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan etnis.
e.
Pada pasien dengan nyeri dada dengan
kemungkinan rendah terjadinya PJK, skor kalsium dapat dihitung dan apabila
terdapat skor di atas atau sama dengan 1, dipertimbangkan untuk dilakukan
evaluasi lain, seperti dengan CT angiografi koroner dan pencitraan fungsional
untuk iskemia.
f.
Peningkatan skor kalsium dapat
memprediksi kejadian gagal jantung dan berhubungan dengan peningkatan LVESV
(left ventricular end systolic volume) dan LVEDV (left ventricular end
diastolic volume).
DAFTAR
PUSTAKA
1. Greenland P, LaBree L, Azen SP, et al. Coronary artery calcium
score combined with Framingham score for risk prediction in asymptomatic
individuals. JAMA. 2004 Feb 4;291(5):563
2. Youssef G, Budoff MJ. Coronary artery calcium scoring, what
is answered and what questions remain. Cardiovasc Diagn Ther, 2012;2(2):94-105
3. Pereira NL, Kullo IJ. Coronary calcium score: basics and
beyond. Updated: 13-April 2015. Available from:
https://www.medscape.com/viewarticle/842348
4. J Bayne Selby. Coronary Artery Calcification on CT
Scanning. Updated: 7-Dec 2015. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/352189-overview#a1
5. Greenland P, Alpert JS, Beller GA, Benjamin EJ, Budoff MJ,
Fayad ZA, et al. 2010 ACCF/AHA guideline for assessment of cardiovascular risk
in asymptomatic adults: A report of the American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. J Am
Coll Cardiol 2010;56:e50–103
6. Joshi PH, Blaha MJ, Blumenthal RS, et al. What is the role
of calcium scoring in the age of coronary computed tomographic angiography J
Nucl Cardiol, 2012;19:1226-35
7. Bakhshi H, Ambale-Venkatesh B, Yang X, et al. Progression of
coronary artery calcium and incident heart failure: the multi-ethnic study of
atherosclerosis. J Am Heart Assoc, 2017;e005253
Tidak ada komentar:
Posting Komentar